Serangan Rumah Sakit di El Fasher, Sudan, Tewaskan Puluhan Orang, WHO Kecam Pelanggaran Hukum Internasional

Lokasi, Rumah sakit El Fasher Sudan (By.Laman The Guardian/Update By. Jerry Kogoya) *Minggu, 26 Januari 2025, 09.45 GMT/26 Januari 2025,19:46 Wit). 

Zona Global News, El Fasher Sudan- sebagaimana dilansir Dari Laman The Guardian: Sekitar 70 orang, termasuk pasien dan pendamping mereka, tewas dalam serangan terhadap satu-satunya rumah sakit yang masih berfungsi di kota El Fasher, Sudan. Insiden ini terjadi di tengah eskalasi perang saudara yang terus memburuk di negara Afrika tersebut.

Menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, serangan itu terjadi di Rumah Sakit Pengajaran Ibu dan Anak Saudi, yang selama ini menjadi fasilitas kesehatan utama di kota yang terkepung tersebut. Serangan itu juga menyebabkan 19 orang luka-luka. Dalam pernyataannya di platform media sosial X, Ghebreyesus mengutuk serangan ini dan menegaskan bahwa saat kejadian, rumah sakit dalam kondisi penuh dengan pasien yang tengah menerima perawatan.

Pejabat setempat menuduh kelompok pemberontak Rapid Support Forces (RSF) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. RSF baru-baru ini mengalami kekalahan dalam beberapa pertempuran melawan militer Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel-Fattah Burhan, yang didukung oleh pasukan sekutu.

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengecam serangan itu sebagai “pelanggaran serius terhadap hukum internasional” dan menyerukan pertanggungjawaban terhadap pihak yang bertanggung jawab atas kejahatan ini.

Eskalasi Konflik dan Upaya Mediasi yang Gagal

Konflik di Sudan semakin memburuk meskipun telah ada berbagai upaya mediasi internasional. Tekanan dari komunitas global, termasuk penilaian Amerika Serikat yang menuduh RSF dan kelompok proksinya melakukan genosida serta sanksi ekonomi terhadap Jenderal Burhan, belum mampu menghentikan pertempuran.

Pejabat PBB Clementine Nkweta-Salami, yang bertugas mengoordinasikan upaya kemanusiaan di Sudan, memperingatkan bahwa RSF telah memberikan ultimatum 48 jam kepada pasukan yang bersekutu dengan militer Sudan untuk meninggalkan El Fasher, yang menunjukkan adanya kemungkinan serangan besar berikutnya.

“Sejak Mei 2024, El Fasher telah berada di bawah pengepungan RSF,” kata Nkweta-Salami. “Warga sipil di kota ini telah mengalami penderitaan yang luar biasa, termasuk kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Kini, kehidupan mereka berada dalam bahaya besar akibat situasi yang semakin memburuk.”

Berdasarkan laporan PBB, pengepungan RSF atas kota El Fasher sejak tahun lalu telah menyebabkan setidaknya 782 warga sipil tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun, jumlah sebenarnya diyakini lebih tinggi, mengingat keterbatasan akses ke wilayah yang terdampak konflik.

Rumah Sakit di Garis Depan Pertempuran

Rumah Sakit Saudi di El Fasher terletak di dekat garis depan pertempuran dan telah menjadi sasaran serangan berulang kali. Serangan terbaru ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut. Meski menghadapi risiko serangan, para tenaga medis di rumah sakit tersebut tetap berusaha menjalankan tugas mereka, bahkan terkadang hanya menggunakan pencahayaan dari ponsel saat listrik padam akibat tembakan artileri.

Selain serangan terhadap rumah sakit di El Fasher, fasilitas kesehatan lain di Al Malha juga diserang pada hari Sabtu, menambah panjang daftar fasilitas medis yang menjadi target dalam konflik ini.

Ghebreyesus menegaskan pentingnya penghentian serangan terhadap fasilitas kesehatan di Sudan dan mendesak agar akses kemanusiaan diberikan untuk memungkinkan perbaikan fasilitas yang rusak. “Obat terbaik bagi rakyat Sudan adalah perdamaian,” tambahnya.

Kehilangan Kendali RSF di Khartoum

Dalam beberapa hari terakhir, laporan menunjukkan bahwa RSF mulai kehilangan kendali atas beberapa wilayah strategis, termasuk kilang minyak Khartoum, yang merupakan yang terbesar di Sudan dan sangat penting bagi perekonomian negara tersebut serta Sudan Selatan. Pasukan militer yang setia kepada Jenderal Burhan juga mengklaim telah berhasil memecah pengepungan RSF terhadap markas Korps Sinyal di utara Khartoum.

Sementara itu, RSF tetap bersikeras bahwa mereka sedang memperketat kendali atas wilayah yang dikuasai, meskipun ada laporan tentang kehilangan wilayah penting.

Akar Konflik Sudan

Krisis yang kini melanda Sudan berakar dari pergolakan politik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Setelah penggulingan diktator Omar al-Bashir pada tahun 2019 melalui pemberontakan rakyat, Sudan sempat berada di jalur transisi menuju demokrasi. Namun, transisi tersebut digagalkan oleh kudeta militer pada Oktober 2021, yang dipimpin oleh Jenderal Burhan dan pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.

Al-Bashir sendiri menghadapi tuduhan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas kejahatan genosida di wilayah Darfur pada awal 2000-an, yang dilakukan bersama milisi Janjaweed—pendahulu RSF. Sejak itu, konflik telah berkembang menjadi perang saudara yang melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang beragam.

Kelompok hak asasi manusia dan PBB melaporkan bahwa RSF dan sekutunya kembali melakukan serangan terhadap kelompok etnis Afrika di Sudan, mengingatkan pada kekejaman masa lalu yang dilakukan oleh milisi Janjaweed di Darfur.

Dampak Kemanusiaan yang Mengkhawatirkan

Sejak pertempuran pecah pada April 2023, lebih dari 28.000 orang telah tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Beberapa keluarga dilaporkan bertahan hidup dengan makan rumput karena kelaparan yang semakin meluas di beberapa bagian negara.

Organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa Sudan berada di ambang krisis kelaparan yang lebih besar, dengan akses bantuan yang semakin terbatas akibat pertempuran yang terus berlangsung.

Meski ada upaya internasional untuk menghentikan perang, pertempuran terus berlanjut dengan dampak yang menghancurkan bagi warga sipil.

Seruan untuk Perdamaian

Para pemimpin dunia, termasuk Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, telah mendesak semua pihak yang terlibat untuk segera menghentikan kekerasan dan mencari solusi damai melalui dialog.

Dalam situasi yang semakin genting ini, harapan rakyat Sudan untuk kedamaian dan stabilitas masih jauh dari kenyataan. Namun, komunitas internasional tetap berupaya mencari cara untuk meredakan ketegangan dan mengakhiri penderitaan warga sipil.

Perkembangan terbaru dari konflik ini menunjukkan bahwa Sudan masih jauh dari pemulihan, sementara harapan untuk solusi damai terus diuji oleh realitas di lapangan.

788734767263466955

Zona Global News

Zona Global News adalah portal berita terkini yang berfokus pada memberikan informasi terpercaya, akurat, dan mendalam kepada pembaca di seluruh dunia.