Pesawat Penumpang Bertabrakan dengan Helikopter Black Hawk Sebelum Jatuh ke Sungai Potomac By. Sam Corbishley ||Foto:Epa/Gety||Update:Jerry Kogoya||16:45.WIT
Zona Global News, AS- Dilansir dari Metro. Co. UK, Sebuah operasi pencarian besar-besaran kini berfokus pada Sungai Potomac setelah dua pesawat, yakni jet penumpang milik American Airlines dan helikopter militer Black Hawk milik Angkatan Darat AS, bertabrakan di udara sebelum akhirnya jatuh ke perairan yang membeku.
Menurut laporan dari CBS News, hingga saat ini, setidaknya 18 jenazah telah ditemukan dari lokasi kecelakaan, sementara puluhan lainnya masih dinyatakan hilang dan dikhawatirkan tewas. Kecelakaan tragis ini terjadi di dekat Bandara Nasional Ronald Reagan di Washington, menyebabkan kepanikan di antara keluarga penumpang yang masih menunggu kabar nasib orang-orang tercinta mereka.
Kronologi Kecelakaan
Pesawat yang terlibat dalam insiden ini adalah Piedmont Airlines Flight 5342, yang dioperasikan atas nama American Airlines. Pesawat tersebut lepas landas dari Wichita, Kansas, dan dijadwalkan mendarat di Bandara Reagan sebelum bertabrakan dengan helikopter UH-60 Black Hawk milik Angkatan Darat AS yang berbasis di Fort Belvoir, Virginia.
Sebuah kamera pengawas dari Kennedy Center di Washington menangkap momen ledakan di udara pada pukul 20:47 waktu setempat, dengan pesawat yang terbakar jatuh dengan cepat ke Sungai Potomac.
Dalam konferensi pers, pihak American Airlines mengonfirmasi bahwa ada 64 orang di dalam pesawat, terdiri dari 60 penumpang dan 4 awak kabin. Sementara itu, menurut pernyataan resmi dari Angkatan Darat AS, terdapat tiga tentara di dalam helikopter Black Hawk tersebut.
Penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan, tetapi banyak pihak mempertanyakan bagaimana dua pesawat bisa berada di jalur yang sama dalam waktu yang berdekatan. Presiden AS, Donald Trump, dalam unggahannya di Truth Social, menyebut bahwa ini adalah “situasi buruk yang seharusnya bisa dicegah.”
Upaya Penyelamatan dan Kepanikan di Bandara
Tak lama setelah kecelakaan terjadi, tim penyelamat dari berbagai instansi, termasuk polisi, pemadam kebakaran, dan tim penyelam, segera diterjunkan ke lokasi kejadian. Beberapa perahu penyelamat dikerahkan untuk menyisir area sungai yang membeku guna menemukan korban yang selamat.
Di Bandara Nasional Ronald Reagan, suasana dipenuhi dengan kecemasan dan kepanikan dari keluarga penumpang yang mencari informasi mengenai orang-orang yang mereka cintai.
Hamaad Raza, seorang pria yang sedang menunggu istrinya, mengatakan kepada stasiun berita setempat, WUSA, bahwa istrinya sempat mengirim pesan sebelum mendarat.
“Dia mengirim pesan bahwa pesawatnya akan mendarat dalam 20 menit. Tapi setelah itu, pesan saya tidak terkirim. Saat itulah saya mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Saya hanya bisa berdoa agar seseorang menariknya keluar dari sungai saat ini,” katanya dengan penuh harap.
Sementara itu, seorang wanita terlihat menangis histeris setelah bertanya kepada petugas bandara, “Saya tidak tahu apakah dia ada di dalam pesawat itu atau tidak.”
Dampak dan Reaksi Pemerintah
Sebagai respons terhadap tragedi ini, Bandara Nasional Ronald Reagan segera menutup seluruh aktivitas penerbangan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Robert Isom, CEO American Airlines, dalam pernyataan videonya menegaskan bahwa maskapai akan bekerja sama sepenuhnya dengan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) dalam investigasi ini.
Sementara itu, Presiden Trump mengeluarkan pernyataan resmi:
“Saya telah mendapatkan informasi lengkap tentang kecelakaan tragis ini yang baru saja terjadi di Bandara Reagan. Semoga Tuhan memberkati jiwa-jiwa yang menjadi korban. Saya berterima kasih atas kerja luar biasa yang dilakukan oleh para petugas penyelamat. Saya akan terus memantau situasi ini dan memberikan pembaruan lebih lanjut secepatnya.”
Tragedi ini kembali menyoroti isu keselamatan penerbangan di Amerika Serikat. Meskipun tidak ada kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat penumpang sejak Februari 2009, serangkaian insiden nyaris celaka dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan regulator penerbangan.
Selain itu, investigasi juga menyoroti kekosongan kepemimpinan di Administrasi Penerbangan Federal (FAA), setelah Mike Whitaker mengundurkan diri dari jabatannya sebagai administrator FAA pada 20 Januari 2025. Hingga saat ini, pemerintahan Trump belum mengumumkan siapa yang akan menggantikannya atau siapa yang bertanggung jawab sebagai pemimpin sementara FAA.
Sejarah Kecelakaan di Sungai Potomac
Kecelakaan ini mengingatkan publik pada tragedi Air Florida Penerbangan 90 yang terjadi pada 13 Januari 1982. Dalam peristiwa tersebut, pesawat yang baru lepas landas dari Bandara Nasional Washington menabrak Jembatan 14th Street dan jatuh ke Sungai Potomac yang membeku, menewaskan 74 orang dari 79 penumpang dan awak.
Dari insiden tersebut, hanya empat penumpang dan satu awak kabin yang berhasil selamat, sebagian besar karena aksi heroik penyelamat yang menerobos es untuk mengevakuasi korban yang masih bertahan di perairan dingin.
Kini, lebih dari empat dekade kemudian, Sungai Potomac kembali menjadi saksi bisu tragedi penerbangan yang menelan banyak korban jiwa.
Kesimpulan
Penyelidikan resmi terhadap tabrakan antara pesawat penumpang American Airlines dan helikopter Black Hawk masih berlangsung, dengan pihak berwenang mencari tahu penyebab insiden dan bagaimana langkah pencegahan yang dapat diterapkan untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang.
Sementara itu, keluarga korban terus menunggu kabar terbaru, berharap ada keajaiban yang bisa menyelamatkan orang-orang yang mereka cintai. Tim penyelamat pun bekerja tanpa lelah, berpacu dengan waktu dalam suhu dingin yang ekstrem.
Tragedi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya keselamatan di dunia penerbangan dan betapa pentingnya sistem navigasi udara yang lebih baik untuk mencegah kecelakaan udara di masa depan.