Kolombia Terkini Dilanda Krisis: Ribuan Pengungsi Melarikan Diri dari Pertempuran Antar Pemberontak

Zona Global News, Kolombia(23/01/25)-Dilansir dari Laman “The Guardian” Pejabat di kota perbatasan Cúcuta, Kolombia, berusaha keras menangani ribuan pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran sengit antara kelompok pemberontak yang bersaing.

Sejak Jumat lalu, banyak keluarga, terutama ibu-ibu dan anak-anak, tiba di kota dengan bus, truk, dan kendaraan lain setelah konflik berdarah melanda wilayah timur laut Kolombia.

“Kami pernah menerima pengungsi sebelumnya, tetapi jumlahnya tidak pernah sebesar ini. Dalam empat hari saja, sekitar 15.000 orang telah datang ke kota. Ini adalah kejadian bersejarah bagi Cúcuta dan juga bagi Kolombia,” kata Wali Kota Cúcuta, Jorge Acevedo.

Konflik ini telah menewaskan sedikitnya 80 orang dan membuat 32.000 orang kehilangan tempat tinggal. Kelompok pemberontak ELN, yang merupakan gerilya aktif tertua di dunia, berusaha menguasai wilayah perdagangan kokain terbesar di Kolombia dengan menyingkirkan kelompok saingannya.

Organisasi hak asasi manusia melaporkan bahwa warga sipil menjadi sasaran ELN dan kelompok pemberontak lainnya, yang menolak untuk menyerahkan senjata setelah perjanjian damai tahun 2016. Menurut pejabat Kolombia, Iris Marín Ortiz, para pemberontak bahkan mencari pendukung kelompok saingan dari rumah ke rumah.

Di tempat lain, sedikitnya 20 orang tewas dalam bentrokan antara kelompok perdagangan narkoba di daerah hutan Guaviare.

Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengatakan bahwa pemerintah akan menyatakan “keadaan darurat ekonomi” untuk menyediakan dana bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi yang terus berdatangan ke kota-kota Kolombia dan bahkan ke negara tetangga, Venezuela.

Petro juga berencana untuk mengumumkan “keadaan darurat nasional,” yang memungkinkan pemerintah mengambil langkah tegas, seperti yang pernah dilakukan pada awal 2000-an ketika kelompok bersenjata menguasai sebagian besar wilayah Kolombia.

Konflik ini menjadi salah satu yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir dan sangat membebani pemerintah setempat.

“Banyak pengungsi datang dengan pakaian lengkap, tetapi sebagian lainnya tiba dalam kondisi memprihatinkan—hanya mengenakan celana pendek tanpa alas kaki. Mereka melarikan diri dengan apa yang mereka bisa bawa, sehingga membutuhkan segala bentuk bantuan,” ujar Leandro Ugarte, pejabat kota Cúcuta yang menangani pascakonflik.

Pemerintah setempat menggunakan stadion sepak bola sebagai tempat penampungan sementara karena hanya itu yang cukup besar untuk menampung ribuan orang.

“Situasi ini seperti gelombang manusia yang tidak pernah kami alami sebelumnya,” kata Ugarte.

Wilayah Catatumbo memang sering mengalami kekerasan karena ladang kokain yang luas dan lokasi strategisnya di perbatasan Venezuela. Namun, kali ini tingkat kekerasannya mengejutkan banyak pihak.

“Kami menghadapi krisis kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Catatumbo,” kata Ortiz.

Sekitar 46.000 anak-anak tidak bisa bersekolah, dan banyak keluarga bahkan tidak bisa mengambil jenazah anggota keluarga mereka untuk dimakamkan.

Perjanjian damai tahun 2016 dengan kelompok pemberontak Farc berhasil mengakhiri perang selama 60 tahun. Namun, sejak saat itu, kelompok-kelompok baru muncul dengan tujuan yang lebih oportunis dan tanpa moral yang jelas. Mereka terus merekrut anak-anak untuk memperkuat kekuatan mereka.

Pekan lalu, Petro menghentikan perundingan damai dengan ELN dan pada hari Rabu, jaksa mengeluarkan kembali surat perintah penangkapan bagi 31 pemimpin ELN yang sebelumnya ditangguhkan untuk mendukung proses perdamaian.

“Kami sudah lama memperingatkan bahwa situasi di Kolombia bisa kembali memburuk dan memicu konflik baru,” kata Elizabeth Dickinson, seorang analis dari Crisis Group. “Kami sangat khawatir saat ini itu benar-benar terjadi.”

Petro, yang dulunya adalah seorang pemberontak, berjanji untuk mengakhiri konflik melalui negosiasi. Namun, gagalnya perundingan dengan ELN menjadi tantangan besar bagi pendekatan damai yang diusungnya.

Ribuan tentara telah dikerahkan ke wilayah Catatumbo untuk memulihkan ketertiban, tetapi sejauh ini mereka masih kesulitan karena kelompok bersenjata terus bertempur satu sama lain.

“Kami berharap kali ini tentara bisa tetap tinggal di sana dan mengendalikan wilayah sepenuhnya,” kata Acevedo. “Tapi sampai sekarang, kemajuan mereka masih sangat sedikit.”

Hingga Selasa, jumlah pengungsi di Cúcuta terus bertambah dengan kedatangan sekitar 1.000 orang tambahan.

Editor: Jerry Kogoya

788734767263466955

Zona Global News

Zona Global News adalah portal berita terkini yang berfokus pada memberikan informasi terpercaya, akurat, dan mendalam kepada pembaca di seluruh dunia.