DeepSeek, Primadona AI yang Dihantui Isu Keamanan Data||Update 03 Februari 2025, 16:20 Wit.
DeepSeek sedang menjadi bintang baru di dunia kecerdasan buatan. Digadang-gadang sebagai penantang serius bagi dominasi platform AI asal Barat, DeepSeek menawarkan teknologi mutakhir yang mampu bersaing di panggung global. Namun, di balik kecanggihannya, tersimpan kekhawatiran yang membuat banyak perusahaan besar hingga lembaga pemerintah memilih untuk menarik diri. Isu utama yang menghantui? Kekhawatiran soal keamanan data dan hubungannya yang erat dengan pemerintah China.
Dihindari Karena Asosiasi dengan China
Berdasarkan laporan *Bloomberg*, ratusan perusahaan di berbagai negara, terutama yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah, melarang penggunaan DeepSeek di lingkungan kerja mereka. Mereka khawatir data sensitif yang dihasilkan atau diproses oleh platform ini bisa diakses oleh pemerintah China. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, mengingat regulasi di China mewajibkan perusahaan berbagi data dengan badan intelijen negara jika diminta.
Nadir Izrael, CTO perusahaan keamanan siber Armis, menyebut bahwa sekitar 70% dari klien mereka secara tegas meminta agar DeepSeek diblokir.
Kebocoran data menjadi Kekhawatiran terbesar mereka terhadap pemerintah China.
Anda tidak pernah tahu ke mana informasi itu akan berakhir,” ungkap Izrael.
Bahkan Netskope, perusahaan keamanan jaringan yang membantu perusahaan mengelola akses karyawan ke situs web tertentu, melaporkan bahwa sebagian besar kliennya meminta pembatasan serupa. Ini menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya kekhawatiran satu atau dua perusahaan, melainkan sudah menjadi perhatian global.
Larangan dari Pemerintah, Bukan Sekadar Perusahaan.
Isu ini tidak hanya terbatas pada sektor swasta. Sejumlah badan pemerintah di berbagai negara juga mengambil langkah pencegahan. Di Amerika Serikat, lembaga-lembaga besar seperti NASA, Departemen Pertahanan, dan Angkatan Laut sudah melarang penggunaan DeepSeek di lingkungan kerja mereka. Langkah ini diambil untuk mencegah potensi risiko kebocoran data yang bisa mengancam keamanan nasional.
Di Asia, Kementerian Digital Taiwan mengeluarkan perintah kepada semua instansi pemerintah untuk tidak menggunakan layanan AI ini. Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi terhadap ancaman keamanan siber yang mungkin timbul. Sementara itu, pemerintah Korea Selatan, Prancis, Italia, dan Irlandia sedang melakukan penyelidikan mendalam terkait bagaimana DeepSeek mengelola data pribadi pengguna mereka.
Kebijakan Privasi yang Mengundang Kecurigaan
DeepSeek mengklaim bahwa mereka mengumpulkan berbagai jenis data untuk melatih model AI mereka, mulai dari input teks dan audio, tombol yang ditekan, file yang diunggah, umpan balik pengguna, hingga riwayat obrolan. Semua data ini disimpan di server yang berlokasi di China, yang berarti secara hukum, pemerintah China memiliki akses terhadap data tersebut jika diperlukan.
Situasi semakin memanas setelah perusahaan keamanan siber Wiz menemukan sebuah database milik DeepSeek yang berisi riwayat obrolan, log, dan informasi sensitif lainnya ternyata dapat diakses secara publik. Meski DeepSeek bergerak cepat untuk mengamankan database tersebut setelah menerima laporan, insiden ini menambah panjang daftar kekhawatiran tentang bagaimana mereka mengelola data pengguna.
Antara Inovasi dan Risiko
Di satu sisi, DeepSeek menawarkan potensi besar dengan teknologi AI canggih yang bisa memberikan berbagai manfaat. Namun, di sisi lain, risiko keamanan data dan isu privasi menjadi bayang-bayang yang sulit diabaikan. Di era di mana data dianggap sebagai “emas baru,” kepercayaan adalah fondasi utama.
Bagi DeepSeek, tantangan terbesarnya bukan hanya bersaing secara teknologi, tetapi juga bagaimana membangun kembali kepercayaan di mata dunia. Mampukah mereka keluar dari bayang-bayang kontroversi ini? Atau justru ini menjadi penghalang terbesar dalam perjalanan mereka? Jawabannya ada di tangan waktu—dan langkah strategis yang mereka ambil ke depan.