Hamas Akan Membebaskan Empat Tentara Perempuan Israel Akhir Pekan Ini

Zona Global News, Irael-Gaza War: 25/01/2025.

Satu-Satunya Warga Sipil Perempuan Israel yang Masih Ditawan di Gaza Tidak Termasuk dalam Daftar Pertukaran yang Diumumkan Hamas.

Peter Beaumont dan Ruth Michaelson di Yerusalem Jumat, 24 Januari 2025, 16.57 GMT Hamas telah mengumumkan akan membebaskan empat tentara perempuan Israel yang mereka tahan di Gaza akhir pekan ini, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang tengah berlangsung dengan Israel. Pengumuman ini menjadi perkembangan terbaru dalam upaya negosiasi yang telah berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai pertukaran tahanan antara kedua pihak. Namun, ketidakhadiran nama Arbel Yehoud, satu-satunya warga sipil perempuan Israel yang masih berada di Gaza, dalam daftar yang diumumkan Hamas menimbulkan kekhawatiran di Israel. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Hamas telah melanggar kesepakatan yang disepakati sebelumnya, di mana semua warga sipil perempuan seharusnya dibebaskan terlebih dahulu sebelum tentara perempuan. Meskipun demikian, setelah berkonsultasi dengan para kepala keamanan, Netanyahu memutuskan untuk melanjutkan proses pertukaran ini. Pemerintah Israel menilai bahwa tindakan Hamas tersebut memang merupakan pelanggaran, namun bukan sesuatu yang cukup serius untuk membatalkan seluruh kesepakatan.

Kesepakatan Pertukaran dan Tahapannya Menurut ketentuan kesepakatan gencatan senjata, Hamas diwajibkan untuk membebaskan seluruh warga sipil perempuan sebelum beralih ke kategori tentara perempuan, diikuti oleh warga lanjut usia dan mereka yang menderita penyakit serius. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan tahanan Palestina yang saat ini berada di penjara-penjara Israel.

Empat tentara perempuan yang akan dibebaskan oleh Hamas adalah bagian dari unit pengawasan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan diculik dari pangkalan militer mereka di Nahal Oz selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Mereka adalah Karina Ariev, Daniella Gilboa, Naama Levy, dan Liri Albag. Juru bicara sayap militer Hamas, Abu Obeida, mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan di Telegram bahwa pembebasan keempat tentara perempuan tersebut akan dilakukan pada hari Sabtu sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan yang sedang berlangsung. Keluarga keempat tentara perempuan ini telah menunggu selama 15 bulan untuk pembebasan mereka sejak penculikan yang terjadi saat pangkalan mereka di Nahal Oz diserang oleh militan Hamas. Rekaman yang beredar menunjukkan bagaimana para tentara ini ditangkap dalam serangan yang mengejutkan Israel dan memicu perang yang masih berlangsung hingga hari ini.

Misteri di Balik Ketidakhadiran Arbel Yehoud dalam Daftar Pembebasan Sementara keluarga dari keempat tentara perempuan yang akan dibebaskan menyambut baik berita ini, pihak keluarga Arbel Yehoud kecewa karena ia tidak termasuk dalam daftar pembebasan terbaru. Pejabat Israel sebelumnya telah menyatakan harapan bahwa Yehoud akan dibebaskan akhir pekan ini. Namun, laporan yang beredar menyebutkan bahwa Yehoud, yang memiliki kewarganegaraan ganda Jerman-Israel, mungkin tidak berada dalam tahanan Hamas, melainkan berada di tangan kelompok militan lain, seperti Jihad Islam Palestina. Mantan negosiator Israel, Daniel Levy, menyatakan bahwa pelanggaran Hamas terhadap kesepakatan ini tergolong minor, terutama karena adanya kesulitan dalam membebaskan sandera yang berada di bawah kendali faksi militan yang berbeda. Ia menambahkan bahwa kedua belah pihak terus mencari alasan untuk menyalahkan satu sama lain jika kesepakatan ini gagal. “Namun, argumen Israel tampaknya lebih lemah karena mereka juga terus melanjutkan serangan di Gaza,” ujarnya.

Tantangan Negosiasi dan Tekanan Publik Pemerintah Israel terus menghadapi tekanan besar dari publik, terutama dari keluarga para sandera yang menuntut pembebasan semua orang yang masih berada di Gaza. Di sisi lain, kelompok garis keras di Israel mengkritik kesepakatan ini, dengan alasan bahwa membebaskan tahanan Palestina hanya akan memperkuat Hamas dan membahayakan keamanan Israel di masa depan. Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel kini diharuskan untuk merilis daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan pada akhir pekan ini. Sebelumnya, pertukaran tahap pertama telah berlangsung pada hari Minggu lalu, yang melibatkan pembebasan tiga sandera sipil Israel dan 90 tahanan Palestina. Puluhan warga Israel dan ratusan warga Palestina dijadwalkan akan dibebaskan dalam beberapa tahap berikutnya, bersamaan dengan meningkatnya aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Situasi Sandera di Gaza Saat ini, Israel memperkirakan bahwa sepertiga hingga setengah dari lebih dari 90 sandera yang masih berada di Gaza telah meninggal dunia. Hamas hingga kini belum memberikan informasi yang pasti mengenai jumlah sandera yang masih hidup atau mengonfirmasi nama-nama mereka yang telah tewas. Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, Hamas telah berkomitmen untuk membebaskan total 33 sandera pada tahap pertama, yang terdiri dari perempuan, anak-anak, orang sakit, dan mereka yang berusia di atas 50 tahun. Walaupun sebagian besar adalah warga sipil, kesepakatan juga mengharuskan Hamas untuk membebaskan semua tentara perempuan yang masih hidup pada tahap ini.

Kronologi Penangkapan dan Kondisi Para Tentara Keempat tentara perempuan yang akan dibebaskan merupakan bagian dari unit pengawasan IDF yang bertugas di perbatasan Gaza, di mana mereka memantau aktivitas di sepanjang perbatasan untuk mendeteksi pergerakan mencurigakan. Beberapa keluarga tentara yang turut disandera menyatakan bahwa para tentara perempuan ini sebenarnya telah melaporkan aktivitas mencurigakan di Gaza beberapa hari sebelum serangan terjadi, termasuk latihan parasut yang dilakukan oleh militan. Namun, laporan mereka diabaikan oleh komando militer. Sebuah rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan saat militan Hamas menangkap enam tentara perempuan di pangkalan Nahal Oz. Dalam video tersebut, terlihat seorang perempuan, yang diyakini sebagai Naama Levy, sedang berdiri menghadap dinding dengan tangan dan kakinya diikat oleh militan. Wajahnya tampak berlumuran darah, yang menunjukkan penderitaan mereka selama dalam tahanan. Tiga minggu lalu, Hamas juga merilis video yang memperlihatkan kondisi Liri Albag, yang saat itu berusia 19 tahun. Dalam rekaman tersebut, Albag tampak lemah dan pucat, menyerukan kepada pemerintah Israel untuk menyepakati kesepakatan yang akan menyelamatkan dirinya dan rekan-rekannya.

Harapan Ke Depan Meskipun ada kemajuan dalam kesepakatan ini, proses negosiasi masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Israel dan Hamas harus terus berupaya menjaga momentum untuk memastikan semua sandera dibebaskan dan bantuan kemanusiaan dapat terus masuk ke Gaza. Bagi keluarga sandera, setiap hari yang berlalu tanpa kepastian adalah beban emosional yang berat. Mereka berharap pemerintah Israel dan pihak internasional dapat terus menekan Hamas dan kelompok militan lainnya untuk mempercepat proses pembebasan semua sandera.

Update By.Jerry K (25/01/2025.

788734767263466955

Zona Global News

Zona Global News adalah portal berita terkini yang berfokus pada memberikan informasi terpercaya, akurat, dan mendalam kepada pembaca di seluruh dunia.